- Pendahuluan
Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mendorong
aspek-aspek kehidupan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, politik,
kebudayaan, dan sebagainya. Dengan adanya pertumbuhan aspek-aspek
kehidupan tersebut, maka bertambahlan sistem mata pencaharian hidup
dari homogen menjadi kompleks.
Berbeda dengan makhluk lain, manusia mempunyai
kelebihan dalam kehidupannya. Manusia dapat memanfaatkan dan
mengembangkan akal budinya.
Pemanfaatan dan pengembangkan akal dan budi telah
terungkap pada perkembangan kebudayaan, baik kebudayaan rokhaniah
maupun kebudayaan kebendaan.
Akibat dari perkembangan kebudayaan ini, telah
mengubah cara berfikir manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sehbungan dengan hal tersebut dalam pokok bahasan
ini, akan ditelaah mengenai pertumbuhan penduduk, perkembangan
kebudayaan dan timbulnya pranata-pranata sebagai akibat perkembangan
kebudayaan.
- Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor
yang penting dalam masalah sosial ekonomi umunya dan masalah penduduk
khususnya. Karena disamping berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi
penduduk juga akan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi suatu
daerah atau negara bahkan dunia.
Misal : dengan bertambahnya penduduk berarti harus
bertambah pula persediaan bahan makanan, perumahan, kesempatan kerja,
jumlah gedung sekolah dan lainnya.
Di samping itu apabila pertambahan penduduk tidak
dapat diimbangi dengan bertambahnya fasilitas di atas akan
menimbulkan masalah-masalah. Misalnya akan bertambah tingginya angka
pengangguran, semakin meningkatnya tingkat kemiskinan, banyak anak
usia sekolah yang tidak tertampung serta timbulnya berbagai kejahatan
atau kriminalitas lain.
Adapun jumlah penduduk dunia sejak tahun 1830
sampai sekarang dan perkiraan sampai tahun 2006 sebagai berikut:
Perkembangan Penduduk Dunia
Tahun 1830 – 2006
-
TahunJumlah PendudukPerkembangan Per- tahun18301930196019751987199620061 milyard2 milyard3 milyard4 milyard5 milyard6 milyard7 milyard-1 %1,7 %2,2 %2 %2 %2%
Sumber :
Iskandar N, Does Sampurno Masalah Pertambahan Penduduk di Indonesia.
Kalau dilihat dari tabel di atas pertumbuhan
penduduk semakin cepat. Penggadaan penduduk (doule population) jangka
waktunya makin singkat. Bertambah cepatnya penggandaan penduduk
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Penggandaan Penduduk Dunia
-
Tahun PenggandaanPerkiraan Penduduk DuniaWaktu800 SMTahun 1650Tahun 1830Tahun 1930Tahun 19755 juta500 juta1 milyard2 milyard4 milyard-150018010045
Sumber:
Ehrlich, Paul, R, et al, Human Ecology W.H. Freeman and Co San
Franscisco.
Waktu penggadaan penduduk dunia selanjutnya
diperkirakan 35 tahun. Penambahan atau Pertambahan penduduk di suatu
daerah atau negara pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor
demografi sebagai berikut:
- Kematian (Mortalitas)
- Kelahiran (Fertilitas)
- Migrasi
Di dalam pengukuran demografi ketiga faktor
tersebut diukur dengan tingkat/rate. Tingkat/rate ialah kejadian dari
peristiwa yang menyatukan dalam bentuk perbandingan. Biasanya
perbandingan ini dinyatakan dalam tiap 1000 penduduk.
- Kematian
Ada beberapa tingkat kematian. Akan tetapi di sini
hanya dijelaskan dua jenis tingkat kematian saja yakni:
- Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate/ CDR)
Tingkat
kematian kasar adalahbanyaknya orang yang meninggal pada suatu tahun
perjumlah penduduk pertengahan tahun tersebut. Secara dinyatakan tiap
1000 orang. Sehingga dapat dituliskan dengan rumus:
D
= Jumlah Penduduk
Jumlah Kematian
CDR
= x 1000
Jumlah
penduduk pertengahan tahun
atau:
D
CDR
= K
PM
PM
= jumlah penduduk pertengahan tahun
K
= konstan = 1000
Jadi
jumlah penduduk yang mewakili suatu tahun tertentu ialah jumlah
penduduk pada bulan Juni.
Penduduk
pertengahan tahun ini dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
- Pm = ½ (P1 + P2)
- Pm = P1 + (P2 – P1)
2
- Pm = P2 – (P2 – P1)
2
Pm
= jumlah penduduk pertengahan tahun
P1
= jumlah penduduk awal tahun
P2
= jumlah penduduk akhir tahun
Contoh:
Jika daerah X pada tanggal 31 Desember 1980
mempunyai penduduk 550 orang dan pada tanggal 31 Desember 1981
mempunyai penduduk 165 orang, maka jumlah penduduk pada pertengahan
tahun 1981 berjumlah:
½ (550 + 650) = 600 orang
Apabila
pada tahun 1981 di daerah X ada 12 orang yang meninggal dunia, maka:
CDR = 12/600 x 1000 = 20
Jadi pada tahun 1981 di daerah X tiap 1000
penduduk terdapat kematian/jumlah yang meninggal 20 orang.
Pada negara yang sudah maju (developed countries)
angka tingkat kematian kasar lebih rendah daripada negara-negara yang
sedang berkembang. Beberapa contoh angka-angka CDR di beberapa negara
adalah sebagai berikut:
CDR Beberapa Negara Maju Tahun 1981
-
NegaraCDRU S AKanadaBelandaSelandia BaruU S S RIndiaPhilipinaIndonesiaMalaysia
Sumber:
Population Reference Bereau 1981
Dari tabel diatas menunjukan bahwa CDR Indonesia
setingkat dengan India. Untuk pulau Jawa mungkin akan terjadi
penurunan CDR di masa-masa datang, karena adanya peningkatan standard
hidup dan kesehatan. Angka kematian tinggi sering terjadi pada
daerah-daerah klritis, untuk daerah G. Kiant karena kekurangan
makanan.
- Tingkat Kematian Khusus (Age Specific Death Rate)
Karena tingkat kematian itu dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain umur, jenis kelamin, pekerjaan. Umpama
laki-laki usia 85 tahun mempunyai kemungkinan terbesar untuk mati
dari pada laki-laki yang berumur 25 tahun. Orang laki-laki yang
berada di medan perang lebih besar kemungkinannya untuk mati daripada
isteri mereka yang berada dirumah.
Karena perbedaan resiko kematian tersebut, maka
digunakan tingkat kematian menurut umur (specific death rate). Dengan
tingkat kematian inimenunjukan hasil yang lebih teliti. Karena angka
ini menyatakan kebanyakannya kematian pada kelompok umur tertentu
1000 penduduk pada kelompok umur yang sama, maka dapat dibuat rumus
sebagai berikut:
ASDRi
= DiPmi×
K
Di
= Kematian penduduk umur i
Pmi
= Jumlah penduduk pada pertengahan tahun kelompok umur i
K
= Konstanta (K = 1000)
- Fertilitas (Kelahiran Hidup)
Pengukuran fertilitas tidak sederhana dalam
pengukuran mortalitas, hal ini disebabkan adanya alasan sebagai
berikut:
- Sulit memperoleh angka statistik lahir hidup karena banyak bayi-bayi yang meninggal beberapa saat setelah kelahiran, tidak dicatatkan dalam peristiwa kelahiran atau kematian yang sering dicatatkan sebagai lahir mati.
- Wanita mempunyai kemungkinan melahirkan dari seorang anak (tetapi meninggal hanya sekali)
- Makin tua umut wanita tidaklah berarti, bahwa kemungkinan mempunyai anak semakin menurun.
- Di dalam pengukuran fertilitas akan melibatkan satu orang saja. Tidak semua wanita mempunyai kemungkinan untuk melakukan, Ada dua istilah asing yang kedua-duanya diterjemahkan sebagai kesuburan.
- Facundity (Kesuburan)
Fancundity
adalah lebih diartikan sebagai kemampuan biologis wanita untuk
mempunyai anak.
- Fertility (Fertilitas)
Fertilitas
adalah jumlah kelahiran hidup dari seorang wanita atau sekelompok
wanita. Yang dimaksud dengan lahir hidup adalah kelahiran dengan
tanda-tanda kehidupan, misalnya: bernafas, bergerak,
berteriak/menangis, ada denyutan jantung dan sebagainya. Pengukuran
fertilitas selalu didasarkan atas jumlah kelahiran hidup pada
kelompok penduduk pada periode tertentu. Tinggi rendahnya kelahiran
dalam suatu/sekelompok penduduk erat hubungannya dan tergantung pada:
struktur umur, penggunaan alat kontrasepsi, pengangguran, tingkat
pendidikan, status pekerjaan wanita serta pembangunan ekonomi.
Tingkat kelahiran kasar adalah jumlah kelahiran hidup pada suatu
daerah pada tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun
tersebut.
CBR
= Jumlah
lahir hidupjumlah penduduk pada pertengahan tahun
x 1000
Atau:
BCDR
= bPm
K
B
= Jumlah kelahiran hidup pada suatu dunia pada suatu tahun tertentu
Pm
= Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
K
= Konstanta (1000)
General
Fertility Rate (GFR) Angka Kelahiran Umum
GFR adalah angka yang menunjukan jumlah kelahiran
per 1000 wanita usia produktif. Wanita yang berumur produktif antara
15 – 44 tahun atau antara 15 – 49 tahun.
Jadi untuk menghitung angka kelahiran ini
diperlukan jumlah penduduk wanita usia produktif/subur.
Rumus:
GFR
= Jumlah
kelahiran hidup per tahun tertentuJumlah wanita usia subur pada
pertengahan tahun × 1000
Atau:
BGFR
= BFm
15-44tahun × K
Atau:
BGFR
= BFm
15-49tahun × K
B
= Jumlah kelahiran hidup pada suatu daerah pada suatu tahun tertentu
Fm
= Jumlah penduduk wanita pada pertengahan tahun
K
= Konstanta (1000)
Di Indonesia jumlah wanita pada usia subur (15 –
49) tahun sekitar 23530 ribu dan jumlah kelahiran sekitar 2985 ribu
sehingga:
GFR = 298523520
× 1000 = 127
GFR
untuk beberapa negara adalah sebagai berikut:
Thailand
234,8
Brunai 234,4
Swedia 61,1
Jepang 62,2
Age
Specific Fertility Rate (ASFR) Tingkat Kelahiran Khusus
ASFR menunjukan banyaknya kelahiran menurut umur
dari wanita yang berada dalam kelompok umur 15 – 49 tahun. Ukuran
ini lebih baik daripada ukuran diatas, karena pengaruh daripada
variasi kelompok umur dapat dihilangkan. Oleh karena itu ada
perbedaan yang jelas mengenai fertilitas wanita dalam tiap kelompok
interval 5 tahun.
Jadi kalau dituliskan dalam bentuk rumus adalah
sebagai berikut:
ASFRi
= BiFmi
× K
Bi
= Jumlah kelahiran dari wanita kelompok umur 1 tahun
Fmi
= Jumlah penduduk wanita pada pertengahan tahun dalam kelompok umur i
K
= Konstanta (1000)
Dalam kebanyakan analisa, kelompok umur yang
berinterval lima tahun digunakan sebagai waktu untuk menghitung angka
khusus menurut umur. Biasanya kelompok umur terendah adalah 15 – 19
tahun, sedangkan yang tertinggi dalam kelompok umur 20-an, lalu
menurut ketingkat sedang bagi wanita umur 30-an. Angka pada kelompok
setelah/di atas 39 tahun biasanya relatif kecil.
MIGRASI
Aspek dinamis kehidupan kelompok dalam ruang ialah
gerakan penduduk yang dinamai migrasi. Selain migrasi ada istilah
lain tentang dinamika penduduk yaitu mobilitas. Pengertian mobilitas
lebih luas daripada migrasi, sebab mobilitas mencakup perpindahan
teritorial secara permanen dan sementara. Sedangkan migrasi bila
dikaitkan dengan unsur waktu ditempat yang baru misalnya minimal 6
bulan atau satu tahun. Sedangkan bagi mereka yang pernah pindah
tempat tinggal kurang dari batas waktu tersebut disebut melakukan
mobilitas sirkuler.
Harian
(Cummuting)
Sirkulir
(Non
Permanen) Musiman
Mobilitas Periodik
Penduduk
Permanen
Migrasi
Migrasi ini adalah merupakan akibat dari keadaan
lingkngan alam yang kurang menguntungkan. Sebagai akibat dan keadaan
alam yang kurang menguntungkan menimbulkan kurangnya sumber daya yang
mendukung penduduk di daerah tersebut.
Langkah-langkah seorang migran dalam menentukan
keputusan untuk pindah ke daerah lain atau kawasan (areal) lain
terlebih dahulu ingin mengetahui lebih dahulu faktor-faktor sebagai
berikut:
- Persediaan sumber daya
- Lingkungan sosial budaya
- Potensi ekonomi
- Alat masa depan
Dengan mengetahui faktor-faktor di muka
setidak-tidaknya terhindar dari akibat negatif.
Di samping itu mereka juga memikirkan berbagai
rintangan yang mungkin dihadapi selama proses migrasi.
Model
kaitan mekanisme migrasi dari Lee.
0
+ 0 – 0 + 0 0 – 0 – 0 + 0 –
0
– 0 + 0 – 0 – − 0 + 0 + − 0 +
+
0 – 0 – – + 0 0 – 0 + 0 – 0 +
0
– – 0 + 0 – 0 0 – 0 − + 0 − +
Arah
Sasaran
Keterangan:
+
= attracting (menarik)
- = nentarl
- = repulsing
=
hambatan antara
Dengan adanya intervening Obtacles (rintangan
antara) maka timbul dua proses migrasi yakni:
- Migrasi bertahap
- Migrasi langsung
Transit
Distrination
(sasaran)
Origin
(asal)
Migrasi
langsung
Migrasi
Bertahap
Secara
garis besar kemampakan migrasi di Indonesia dibagi menjadi dua
kemampakan yaitu: urbanisasi dan migrasi intergional atau
transmigrasi.
AKIBAT
MIGRASI
- Urbanisasi (migrasi dari desa ke kota) walaupun urutannya sangat kecil, namun dapat mempengaruhi pola distribusi penduduk secara keseluruhan. Para urbanit kebanyakan terdiri dari golongan umr muda yang sangat produktif serta banyak inisiatifnya. Sebagian akibat dari penduduk yang rata-rata masih muda tersebut memungkinkan pertumbuhan penduduk yang pesat dikota, dan bagi pembangunan desanya sedikit banyak akan mempengaruhi kelancaran.
- Migrasi interegional di Indonesia kebanyakan dilaksanakan oleh mereka yang berumur produktif dan kreatifitas tinggi. Hal tersebut memungkinkan tingginya angka pertumbuhan penduduk serta tingkat laju pembangunan di luar Jawa. Di DKI Jakarta sebagai akibat adanya migrasi interegional pertumbuhannya menjadi sangat cepat, sehingga pada tahun 2000 penduduknya menjadi sekitar 16,6 juta jiwa (Sehingga Jakarta akan menduduki urutan ke 10 dari kota-kota besar didunia).
- Migrasi antar negara di Indonesia adalah sangat kecil dari hasil sensus penduduk pada tahun 1971 sampai dengan 1980 migrasi masuk (immigrasi) hanya ada 0,60 % dan migrasi ke luar (emigrasi) hanya sebesar 0,57 % per tahun. Sehingga akibatnya kurang nyata terhadap distribusi penduduk Indonesia. Walaupun migrasi dapat terjadi dalam dimensi nasional, regional, dan internasional, namun dipandang dari sudut sosiologi tidak ada perbedaan dasar antara migrasi nasional dan internasional (emigrasi dan migrasi). Dalam kedua peristiwa tersebut terjadi proses yang sama mengenai pengambilan keputusan perubahan-milia dan penyesuaian sosial. Aspek sosiologis migrasi adalah adanya proses melepaskan diri dari struktur sosial dan masuk kedalam struktur sosial atau pada kultur yang lain dengan problematik penyesuaian yang timbul dari padanya. Komposisi penduduk menurut Pallard komposisi penduduk merupakan distribusi statistik sejumlah individu yang tercakup didalam suatu jumlah penduduk tertentu menurut karakteristik seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, jenis pekerjaan dan sebagainya. Sedangkan menurut Josepx Y Spengler dan Otis Douley Ducan komposisi penduduk dapat diartikan sebagai gabungan frekuensi penyebaran ciri-ciri yang terukur atau variabel-variabel lain dari anggota-anggotanya. Berdasarkan dua pengertian diatas dapat dikatakan bahwa komposisi penduduk merupakan pengelompokan penduduk daripada penduduk yang didasarkan pada karakteristik tertentu yang akan disesuaikan dengan kegunaannya. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin mempunyai peranan yang sangat penting hanya untuk dapat mengetahui:
- Pertumbuhan penduduk di suatu daerah termasuk cepat atau lambat.
- Rasio ketergantungan.
- Jumlah wanita dalam usia subur.
- Jumlah tenaga kerja yang tersedia.
- Berdasarkan tempat tinggal.
- Bentuk piramida bentuk.
Menurut
John Clark pertumbuhan penduduk dapat dikatakan cepat bila golongan
umur 0-14 tahun lebih dari 40% dari golongan umur 60 tahun dan lebih
sama atau kurang dari 10%.
Untuk
mengetahui pertumbuhan penduduk suatu daerah cepat atau lambat dapat
juga dilihat dari bentuk piramida penduduk. Karena dengan melihat
bentuk piramida penduduk akan diketahui mengenai perbandingan jumlah
penduduk anak-anak, dewasa, dan orang tua di wilayah yang
bersangkutan.
Keadaan
struktur atau komposisi penduduk yang berbeda-beda akan menunjukan
bentuk piramida yang berbeda-beda pula.
Ada
tiga jenis struktur penduduk:
- Piramida Penduduk Muda
Piramida
ini menggambarkan komposisi penduduk dalam pertumbuhan dan sedang
berkembang. Jumlah kelahiran lebih besar daripada jumlah kematian.
Bentuk ini umumnya kita jumpai pada negara-negara yang sedang
berkembang. Misalnya: India, Brazilia, Indonesia.
- Piramida Stationer
Bentuk
piramida ini menggambarkan keadaan penduduk yang tetap (statis) sebab
tingkat kematian rendah dan tingkat kelahiran tidak begitu tinggi.
Piramida penduduk yang berbentuk sistem ini terdapat pada
negara-negara yang maju seperti Swedia, Belanda, Skandinavia.
BENTUK
PIRAMDA STATIONER
Pria Golongan
Umur
Wanita
75
–
70
– 74
65
– 69
60
– 64
55
– 59
50
– 54
45
– 49
40
– 44
35
– 39
30
– 34
25
– 29
20
– 24
15
– 19
10
– 14
5 – 9
0 – 4
10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
9
10
Penduduk
Dalam Jutaan
(Sumber: SUPAS BPS 1976
BENTUK
PIRAMDA PENDUDUK MUDA
Pria Golongan
Umur
Wanita
75
–
70
– 74
65
– 69
60
– 64
55
– 59
50
– 54
45
– 49
40
– 44
35
– 39
30
– 34
25
– 29
20
– 24
15
– 19
10
– 14
5 – 9
0 – 4
10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
9
10 22
Penduduk
Dalam Jutaan
(Sumber: SUPAS BPS 1976)
- Piramida Penduduk Tua
Bentuk
piramida penduduk ini menggambarkan adanya penurunan tingkat
kelahiranyang sangat pesan dan tingkat kematian sangat kecil. Apabila
angka kelahiran jenis kelamin pria besar, maka suatu negara bisa
kekurangan penduduk. Negara yang bentuk piramida penduduknya seperti
ini adalah Jerman, Inggris, Belgia, Prancis.
BENTUK
PIRAMDA PENDUDUK TUA
Pria Golongan
Umur
Wanita
75
–
70
– 74
65
– 69
60
– 64
55
– 59
50
– 54
45
– 49
40
– 44
35
– 39
30
– 34
25
– 29
20
– 24
15
– 19
10
– 14
5 – 9
0 – 4
10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
9
10 22
Penduduk
Dalam Jutaan
(Sumber: SUPAS BPS 1976)
Rasio
Ketergantungan (Dependency Of Rasio)
Dari
komposisi penduduk menurut umur dapat dipakai untuk menghitung rasio
ketergantungan. Yang dimaksud dengan rasio ketergantungan ialah angka
yang menunjukan perbandingan jumlah penduduk golongan umur yang belum
produktif dan sudah tidak produktif kerja lagi dengan jumlah penduduk
golongan umur produktif kerja. Biasanya dinyatakan dalam persen (%)
Batar
golongan umur produktif kerja (aktif ekonomi) masing-masing daerah
atau negara berbeda-beda. Biasanya antara umur 15 sampai 65 tahun.
Sehingga dengan demikian rasio ketergantungan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
DR
penduduk
0-14 + penduduk 65 tahun keataspenduduk 15-64
× 100
atau
DR
+ Pn0 -14
+Pn65 ke atasPn15 -64
× 100
Rasio
ketergantungan Indonesia pada tahun 1976 adalah:
57.858.84469.618.959
× 100 = 83,10788444
Dibulatkan
menjadi 83,11
Jadi
makin tinggi jumlah penduduk usia muda dan jompo makin besar rasio
ketergantungannya. Artinya beban penduduk pada kelompok umur
produktif kerja (aktif ekonomi) untuk dapat menghasilkan barang atau
jasa ekonomi bagi golongan umur muda dan jompo adalah tinggi.
Sebagai
ukuran rasio ketergantunga adalah sebagai berikut:
DR
kurang dari 62,33% adalah baik
DR
lebih dari 62,33% jelek
Penggolongan
umur penduduk dalam umur produktif sangat berpengaruh dalam lapangan
penghidupan produktivitas kerjanya dalam lapangan produksi.
Penggolongan
menurut DW Sleumer:
0
– 4 golongan belum produktif
15
– 19 golongan kurang produktif penuh
20
– 54 golongan produktif
55
– 64 golongan tidak produktif penuh
65
ke atas golongan inproduktif
Penggolongan
menurut Sumbarg
0
– 15 golongan belum produktif
15
– 65 golongan produktif penuh
65
ke atas golongan produktif berkurang
Penggolongan
menurut Widjojo, Pullerd dan John Clark
0
– 14 golongan belum produktif
15
– 64 golongan produktif
65
ke atas golongan tidak produktif
- Kebudayaan dan Kepribadian
- Pertumbujan dan Perkembangan Kebudayaan di Indonesia
Zaman
Batu sampai Zaman Logam
Upaya
menelurusi sejarah peradaban bangsa Indonesia, mulai dari zaman batu
sampa zaman logam, sungguh berliku-liku, membutuhkan waktu yang
panjang. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli prehistoris, bahwa
ternyata zaman batu itupun terbagi dalam:
- Zaman batu tua (Palaeolithikum)
- Zaman batu muda (Neolithikum)
Alat-alat
batu pada zaman batu tua, baik bentuk ataupun permukaan peralatan
masih kasar-kasar, misalnya kapak genggam.
Kapak
genggam semacam itu kita kenal dari Eropa, Afrika, Asia Tengah sampai
Punsjab (India), tapi kapak genggam semacam ini tidak didapati orang
di Asia Tenggara. Berdasarkan penelitian para ahli prehistori,
bangsa-bangsa Proto Austronesia pembawa kebudayaan Neolithikum berupa
kapak batu besar maupun kecil bersegi-segi itu berasal dari Cina
Selatan, menyebar kearah selatan, ke hilir sungai-sungai besar sampai
ke Semenanjung Malaka.
Lebih
lanjut menyebar ke Sumatra, Jawa, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara,
sampai ke Flores dan Sulawesi. Berlanjut ke Philipina. Kapak-kapak
batu serupa itu diasah sampai mengkilat dan diikat kepada tangkai
kayu dengan rotan.
Bersamaan
dengan persebaran budaya kapak-kapak batu itu, tersebar pula bahasa
Proto Austronesia sebagai cikal bakal bahasa dari bangsa yang
mendiami pulau-pulau diantara Samudra Indonesia dan Pasifik.
Zaman
batu muda (Neolithikum) benar-benar membawa revolusi dalam kehidupan
manusia. Manusia-manusia pada zaman batu muda telah mengenal dan
memiliki kepandaian mengecor/mencairkan logam dari biji besi, dan
menuangkan ke cetakan serta didinginkan.
Bangsa-bangsa
Proto Austronesia yang masuk dari Semenanjung Indo China ke Indonesia
itu membawa keudayaan Dongson, dan menyebar ke Indonesia.
Suatu
hal yang patut dicatat tentang permulaan zaman logam ini, ialah
kenyataan yang jelas bahwa Indonesia sebelum zaman Hindu telah
mengenal kebudayaan yang tinggi derajatnta, dan zaman tersebut pada
dasarnya penting sekali untuk perkembangan sejarah Indonesia
selanjutnya.
- Kebudayaan Hindu, Budha, dan Islam
- Kebudayaan Hindu dan Budha
Pada
ke-3 dan ke-4 agama hindu masuk ke Indonesia. Khususnya ke pulau
Jawa. Hindu berasal dari India berlangsung luwes dan mantap. Sekitar
abad ke-5, ajaran Budha masuk ke Indonesia khususnya kepulau jawa.
Agama/ajaran Budha dikatakan berpandangan lebih maju dari pada
Hinduisme, sebab Budhaisme tidak menghendaki adanya kasta-kasta dalam
masyarakat.
Walaupun
demikian, kedua agama itu di Indonesia. Khususnya dipulau Jawa tumbuh
dan berkambang berdampingan secara damai. Baik penganut Hinduisme dan
Budhisme melahirkan karya-karya budaya yang bernilai tinggi dalam
seni bangunan/arsitektur, seni pahat, seni ukir maupun seni sastra,
contohnya candi-candi. Candi-candi di Indonesia: Borobudur, Mendut,
Prambanan, Kalasan (Jawa Tengah), Badut, Kidal, Jago, Singosari dll.
- Kebudayaan Islam
Pada
abad ke-15 dan ke-16 agama islam telah dikembangkan di Indonesia oleh
para pemuka-pemuka islam yang disebut Wali Sanga. Masuknya agama
islam ke Indonesia, khususnya ke pulau Jawa berlangsung dalam suasana
damai. Hal ini disebabkan karena islam dimasukan ke Indonesia tidak
secara paksa, melainkan dengan cara baik-baik.
Agama
islam berkembang pesat di Indonesia dan menjadi agama yang mendapat
penganut sebagian terbesar penduduk Indonesia. Tak dapat dipungkiri
lagi, bahwa kebudayaan islam memberi saham yang besar bagi
perkembangan kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia.
- Kebudayaan Barat
Unsur
kebudayaan yang jga memberi warna terhadap corak lain dari kebudayaan
dan kepribadian bangsa Indonesia adalah kebudayaan Barat. Awal
kebudayaan Barat masuk ke Indonesia ketika kaum penjajah mengedor
masuk ke Indonesia, terutama bangsa Belanda.
Sebagai
pengaruh dari kebudayaan Eropa yang masuk juga dalam kebudayaan
Indonesia, ialah agama Katolik dan agama Kristen Protestan.
Agama-agama tersebut biasanya disiarkan dengan sengaja oleh
organisasi-organsasi penyiaran agama.
Penjelasan
Undang Undang Dasar 1945 memberikan rumusan tentang kebudayaan bangsa
Indonesia adalah: kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi
rakyat Indonesia seluruhnya, termasuj kebudayaan lama dan asli yang
terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh
Indonesia. Lebih lanjut, dalam penjelasan UUD 1945 itu juga
ditunjukan ke arah mana kebudayaan itu diarahkan, yaitu menuju kearah
adab budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru
kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya
kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan
bangsa Indonesia.