Rabu, 26 Oktober 2011

Penduduk, Masyarakat dan kebudayaan


  1. Pendahuluan
Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mendorong aspek-aspek kehidupan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya. Dengan adanya pertumbuhan aspek-aspek kehidupan tersebut, maka bertambahlan sistem mata pencaharian hidup dari homogen menjadi kompleks.
Berbeda dengan makhluk lain, manusia mempunyai kelebihan dalam kehidupannya. Manusia dapat memanfaatkan dan mengembangkan akal budinya.
Pemanfaatan dan pengembangkan akal dan budi telah terungkap pada perkembangan kebudayaan, baik kebudayaan rokhaniah maupun kebudayaan kebendaan.
Akibat dari perkembangan kebudayaan ini, telah mengubah cara berfikir manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sehbungan dengan hal tersebut dalam pokok bahasan ini, akan ditelaah mengenai pertumbuhan penduduk, perkembangan kebudayaan dan timbulnya pranata-pranata sebagai akibat perkembangan kebudayaan.

  1. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam masalah sosial ekonomi umunya dan masalah penduduk khususnya. Karena disamping berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi penduduk juga akan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi suatu daerah atau negara bahkan dunia.
Misal : dengan bertambahnya penduduk berarti harus bertambah pula persediaan bahan makanan, perumahan, kesempatan kerja, jumlah gedung sekolah dan lainnya.
Di samping itu apabila pertambahan penduduk tidak dapat diimbangi dengan bertambahnya fasilitas di atas akan menimbulkan masalah-masalah. Misalnya akan bertambah tingginya angka pengangguran, semakin meningkatnya tingkat kemiskinan, banyak anak usia sekolah yang tidak tertampung serta timbulnya berbagai kejahatan atau kriminalitas lain.
Adapun jumlah penduduk dunia sejak tahun 1830 sampai sekarang dan perkiraan sampai tahun 2006 sebagai berikut:

Perkembangan Penduduk Dunia
Tahun 1830 – 2006

Tahun
Jumlah Penduduk
Perkembangan Per- tahun
1830
1930
1960
1975
1987
1996
2006
1 milyard
2 milyard
3 milyard
4 milyard
5 milyard
6 milyard
7 milyard
-
1 %
1,7 %
2,2 %
2 %
2 %
2%
Sumber : Iskandar N, Does Sampurno Masalah Pertambahan Penduduk di Indonesia.

Kalau dilihat dari tabel di atas pertumbuhan penduduk semakin cepat. Penggadaan penduduk (doule population) jangka waktunya makin singkat. Bertambah cepatnya penggandaan penduduk tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Penggandaan Penduduk Dunia
Tahun Penggandaan
Perkiraan Penduduk Dunia
Waktu
800 SM
Tahun 1650
Tahun 1830
Tahun 1930
Tahun 1975
5 juta
500 juta
1 milyard
2 milyard
4 milyard
-
1500
180
100
45
Sumber: Ehrlich, Paul, R, et al, Human Ecology W.H. Freeman and Co San Franscisco.

Waktu penggadaan penduduk dunia selanjutnya diperkirakan 35 tahun. Penambahan atau Pertambahan penduduk di suatu daerah atau negara pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor demografi sebagai berikut:
  1. Kematian (Mortalitas)
  2. Kelahiran (Fertilitas)
  3. Migrasi
Di dalam pengukuran demografi ketiga faktor tersebut diukur dengan tingkat/rate. Tingkat/rate ialah kejadian dari peristiwa yang menyatukan dalam bentuk perbandingan. Biasanya perbandingan ini dinyatakan dalam tiap 1000 penduduk.

  1. Kematian
Ada beberapa tingkat kematian. Akan tetapi di sini hanya dijelaskan dua jenis tingkat kematian saja yakni:
  1. Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate/ CDR)
Tingkat kematian kasar adalahbanyaknya orang yang meninggal pada suatu tahun perjumlah penduduk pertengahan tahun tersebut. Secara dinyatakan tiap 1000 orang. Sehingga dapat dituliskan dengan rumus:

D = Jumlah Penduduk

Jumlah Kematian
CDR = x 1000
Jumlah penduduk pertengahan tahun
atau:
D
CDR = K
PM
PM = jumlah penduduk pertengahan tahun
K = konstan = 1000

Jadi jumlah penduduk yang mewakili suatu tahun tertentu ialah jumlah penduduk pada bulan Juni.
Penduduk pertengahan tahun ini dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
  1. Pm = ½ (P1 + P2)
  2. Pm = P1 + (P2 – P1)
2
  1. Pm = P2 – (P2 – P1)
2
Pm = jumlah penduduk pertengahan tahun
P1 = jumlah penduduk awal tahun
P2 = jumlah penduduk akhir tahun
Contoh:
Jika daerah X pada tanggal 31 Desember 1980 mempunyai penduduk 550 orang dan pada tanggal 31 Desember 1981 mempunyai penduduk 165 orang, maka jumlah penduduk pada pertengahan tahun 1981 berjumlah:
½ (550 + 650) = 600 orang
Apabila pada tahun 1981 di daerah X ada 12 orang yang meninggal dunia, maka:
CDR = 12/600 x 1000 = 20
Jadi pada tahun 1981 di daerah X tiap 1000 penduduk terdapat kematian/jumlah yang meninggal 20 orang.

Pada negara yang sudah maju (developed countries) angka tingkat kematian kasar lebih rendah daripada negara-negara yang sedang berkembang. Beberapa contoh angka-angka CDR di beberapa negara adalah sebagai berikut:

CDR Beberapa Negara Maju Tahun 1981
Negara
CDR
U S A
Kanada
Belanda
Selandia Baru
U S S R
India
Philipina
Indonesia
Malaysia

Sumber: Population Reference Bereau 1981

Dari tabel diatas menunjukan bahwa CDR Indonesia setingkat dengan India. Untuk pulau Jawa mungkin akan terjadi penurunan CDR di masa-masa datang, karena adanya peningkatan standard hidup dan kesehatan. Angka kematian tinggi sering terjadi pada daerah-daerah klritis, untuk daerah G. Kiant karena kekurangan makanan.

  1. Tingkat Kematian Khusus (Age Specific Death Rate)
Karena tingkat kematian itu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, jenis kelamin, pekerjaan. Umpama laki-laki usia 85 tahun mempunyai kemungkinan terbesar untuk mati dari pada laki-laki yang berumur 25 tahun. Orang laki-laki yang berada di medan perang lebih besar kemungkinannya untuk mati daripada isteri mereka yang berada dirumah.
Karena perbedaan resiko kematian tersebut, maka digunakan tingkat kematian menurut umur (specific death rate). Dengan tingkat kematian inimenunjukan hasil yang lebih teliti. Karena angka ini menyatakan kebanyakannya kematian pada kelompok umur tertentu 1000 penduduk pada kelompok umur yang sama, maka dapat dibuat rumus sebagai berikut:
ASDRi = DiPmi× K
Di = Kematian penduduk umur i
Pmi = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun kelompok umur i
K = Konstanta (K = 1000)

  1. Fertilitas (Kelahiran Hidup)
Pengukuran fertilitas tidak sederhana dalam pengukuran mortalitas, hal ini disebabkan adanya alasan sebagai berikut:
  1. Sulit memperoleh angka statistik lahir hidup karena banyak bayi-bayi yang meninggal beberapa saat setelah kelahiran, tidak dicatatkan dalam peristiwa kelahiran atau kematian yang sering dicatatkan sebagai lahir mati.
  2. Wanita mempunyai kemungkinan melahirkan dari seorang anak (tetapi meninggal hanya sekali)
  3. Makin tua umut wanita tidaklah berarti, bahwa kemungkinan mempunyai anak semakin menurun.
  4. Di dalam pengukuran fertilitas akan melibatkan satu orang saja. Tidak semua wanita mempunyai kemungkinan untuk melakukan, Ada dua istilah asing yang kedua-duanya diterjemahkan sebagai kesuburan.
  1. Facundity (Kesuburan)
Fancundity adalah lebih diartikan sebagai kemampuan biologis wanita untuk mempunyai anak.
  1. Fertility (Fertilitas)
Fertilitas adalah jumlah kelahiran hidup dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Yang dimaksud dengan lahir hidup adalah kelahiran dengan tanda-tanda kehidupan, misalnya: bernafas, bergerak, berteriak/menangis, ada denyutan jantung dan sebagainya. Pengukuran fertilitas selalu didasarkan atas jumlah kelahiran hidup pada kelompok penduduk pada periode tertentu. Tinggi rendahnya kelahiran dalam suatu/sekelompok penduduk erat hubungannya dan tergantung pada: struktur umur, penggunaan alat kontrasepsi, pengangguran, tingkat pendidikan, status pekerjaan wanita serta pembangunan ekonomi. Tingkat kelahiran kasar adalah jumlah kelahiran hidup pada suatu daerah pada tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun tersebut.

CBR = Jumlah lahir hidupjumlah penduduk pada pertengahan tahun x 1000

Atau:

BCDR = bPm K

B = Jumlah kelahiran hidup pada suatu dunia pada suatu tahun tertentu
Pm = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
K = Konstanta (1000)

General Fertility Rate (GFR) Angka Kelahiran Umum

GFR adalah angka yang menunjukan jumlah kelahiran per 1000 wanita usia produktif. Wanita yang berumur produktif antara 15 – 44 tahun atau antara 15 – 49 tahun.
Jadi untuk menghitung angka kelahiran ini diperlukan jumlah penduduk wanita usia produktif/subur.
Rumus:

GFR = Jumlah kelahiran hidup per tahun tertentuJumlah wanita usia subur pada pertengahan tahun × 1000
Atau:

BGFR = BFm 15-44tahun × K

Atau:

BGFR = BFm 15-49tahun × K

B = Jumlah kelahiran hidup pada suatu daerah pada suatu tahun tertentu
Fm = Jumlah penduduk wanita pada pertengahan tahun
K = Konstanta (1000)

Di Indonesia jumlah wanita pada usia subur (15 – 49) tahun sekitar 23530 ribu dan jumlah kelahiran sekitar 2985 ribu sehingga:

GFR = 298523520 × 1000 = 127

GFR untuk beberapa negara adalah sebagai berikut:
Thailand 234,8
Brunai 234,4
Swedia 61,1
Jepang 62,2

Age Specific Fertility Rate (ASFR) Tingkat Kelahiran Khusus

ASFR menunjukan banyaknya kelahiran menurut umur dari wanita yang berada dalam kelompok umur 15 – 49 tahun. Ukuran ini lebih baik daripada ukuran diatas, karena pengaruh daripada variasi kelompok umur dapat dihilangkan. Oleh karena itu ada perbedaan yang jelas mengenai fertilitas wanita dalam tiap kelompok interval 5 tahun.
Jadi kalau dituliskan dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut:

ASFRi = BiFmi × K

Bi = Jumlah kelahiran dari wanita kelompok umur 1 tahun
Fmi = Jumlah penduduk wanita pada pertengahan tahun dalam kelompok umur i
K = Konstanta (1000)

Dalam kebanyakan analisa, kelompok umur yang berinterval lima tahun digunakan sebagai waktu untuk menghitung angka khusus menurut umur. Biasanya kelompok umur terendah adalah 15 – 19 tahun, sedangkan yang tertinggi dalam kelompok umur 20-an, lalu menurut ketingkat sedang bagi wanita umur 30-an. Angka pada kelompok setelah/di atas 39 tahun biasanya relatif kecil.


MIGRASI
Aspek dinamis kehidupan kelompok dalam ruang ialah gerakan penduduk yang dinamai migrasi. Selain migrasi ada istilah lain tentang dinamika penduduk yaitu mobilitas. Pengertian mobilitas lebih luas daripada migrasi, sebab mobilitas mencakup perpindahan teritorial secara permanen dan sementara. Sedangkan migrasi bila dikaitkan dengan unsur waktu ditempat yang baru misalnya minimal 6 bulan atau satu tahun. Sedangkan bagi mereka yang pernah pindah tempat tinggal kurang dari batas waktu tersebut disebut melakukan mobilitas sirkuler.

Harian
(Cummuting)
Sirkulir
(Non Permanen) Musiman
Mobilitas Periodik
Penduduk
Permanen Migrasi

Migrasi ini adalah merupakan akibat dari keadaan lingkngan alam yang kurang menguntungkan. Sebagai akibat dan keadaan alam yang kurang menguntungkan menimbulkan kurangnya sumber daya yang mendukung penduduk di daerah tersebut.
Langkah-langkah seorang migran dalam menentukan keputusan untuk pindah ke daerah lain atau kawasan (areal) lain terlebih dahulu ingin mengetahui lebih dahulu faktor-faktor sebagai berikut:
  • Persediaan sumber daya
  • Lingkungan sosial budaya
  • Potensi ekonomi
  • Alat masa depan
Dengan mengetahui faktor-faktor di muka setidak-tidaknya terhindar dari akibat negatif.
Di samping itu mereka juga memikirkan berbagai rintangan yang mungkin dihadapi selama proses migrasi.

Model kaitan mekanisme migrasi dari Lee.

0 + 0 – 0 + 0 0 – 0 – 0 + 0 –
0 – 0 + 0 – 0 – − 0 + 0 + − 0 +
+ 0 – 0 – – + 0 0 – 0 + 0 – 0 +
0 – – 0 + 0 – 0 0 – 0 − + 0 − +
Arah Sasaran

Keterangan:
+ = attracting (menarik)
  1. = nentarl
  • = repulsing
= hambatan antara

Dengan adanya intervening Obtacles (rintangan antara) maka timbul dua proses migrasi yakni:
  1. Migrasi bertahap
  2. Migrasi langsung
Transit

Distrination (sasaran)

Origin (asal)




Migrasi langsung
Migrasi Bertahap

Secara garis besar kemampakan migrasi di Indonesia dibagi menjadi dua kemampakan yaitu: urbanisasi dan migrasi intergional atau transmigrasi.

AKIBAT MIGRASI
  1. Urbanisasi (migrasi dari desa ke kota) walaupun urutannya sangat kecil, namun dapat mempengaruhi pola distribusi penduduk secara keseluruhan. Para urbanit kebanyakan terdiri dari golongan umr muda yang sangat produktif serta banyak inisiatifnya. Sebagian akibat dari penduduk yang rata-rata masih muda tersebut memungkinkan pertumbuhan penduduk yang pesat dikota, dan bagi pembangunan desanya sedikit banyak akan mempengaruhi kelancaran.
  2. Migrasi interegional di Indonesia kebanyakan dilaksanakan oleh mereka yang berumur produktif dan kreatifitas tinggi. Hal tersebut memungkinkan tingginya angka pertumbuhan penduduk serta tingkat laju pembangunan di luar Jawa. Di DKI Jakarta sebagai akibat adanya migrasi interegional pertumbuhannya menjadi sangat cepat, sehingga pada tahun 2000 penduduknya menjadi sekitar 16,6 juta jiwa (Sehingga Jakarta akan menduduki urutan ke 10 dari kota-kota besar didunia).
  3. Migrasi antar negara di Indonesia adalah sangat kecil dari hasil sensus penduduk pada tahun 1971 sampai dengan 1980 migrasi masuk (immigrasi) hanya ada 0,60 % dan migrasi ke luar (emigrasi) hanya sebesar 0,57 % per tahun. Sehingga akibatnya kurang nyata terhadap distribusi penduduk Indonesia. Walaupun migrasi dapat terjadi dalam dimensi nasional, regional, dan internasional, namun dipandang dari sudut sosiologi tidak ada perbedaan dasar antara migrasi nasional dan internasional (emigrasi dan migrasi). Dalam kedua peristiwa tersebut terjadi proses yang sama mengenai pengambilan keputusan perubahan-milia dan penyesuaian sosial. Aspek sosiologis migrasi adalah adanya proses melepaskan diri dari struktur sosial dan masuk kedalam struktur sosial atau pada kultur yang lain dengan problematik penyesuaian yang timbul dari padanya. Komposisi penduduk menurut Pallard komposisi penduduk merupakan distribusi statistik sejumlah individu yang tercakup didalam suatu jumlah penduduk tertentu menurut karakteristik seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, jenis pekerjaan dan sebagainya. Sedangkan menurut Josepx Y Spengler dan Otis Douley Ducan komposisi penduduk dapat diartikan sebagai gabungan frekuensi penyebaran ciri-ciri yang terukur atau variabel-variabel lain dari anggota-anggotanya. Berdasarkan dua pengertian diatas dapat dikatakan bahwa komposisi penduduk merupakan pengelompokan penduduk daripada penduduk yang didasarkan pada karakteristik tertentu yang akan disesuaikan dengan kegunaannya. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin mempunyai peranan yang sangat penting hanya untuk dapat mengetahui:
  • Pertumbuhan penduduk di suatu daerah termasuk cepat atau lambat.
  • Rasio ketergantungan.
  • Jumlah wanita dalam usia subur.
  • Jumlah tenaga kerja yang tersedia.
  • Berdasarkan tempat tinggal.
  • Bentuk piramida bentuk.

Menurut John Clark pertumbuhan penduduk dapat dikatakan cepat bila golongan umur 0-14 tahun lebih dari 40% dari golongan umur 60 tahun dan lebih sama atau kurang dari 10%.
Untuk mengetahui pertumbuhan penduduk suatu daerah cepat atau lambat dapat juga dilihat dari bentuk piramida penduduk. Karena dengan melihat bentuk piramida penduduk akan diketahui mengenai perbandingan jumlah penduduk anak-anak, dewasa, dan orang tua di wilayah yang bersangkutan.
Keadaan struktur atau komposisi penduduk yang berbeda-beda akan menunjukan bentuk piramida yang berbeda-beda pula.

Ada tiga jenis struktur penduduk:
  1. Piramida Penduduk Muda
Piramida ini menggambarkan komposisi penduduk dalam pertumbuhan dan sedang berkembang. Jumlah kelahiran lebih besar daripada jumlah kematian. Bentuk ini umumnya kita jumpai pada negara-negara yang sedang berkembang. Misalnya: India, Brazilia, Indonesia.
  1. Piramida Stationer
Bentuk piramida ini menggambarkan keadaan penduduk yang tetap (statis) sebab tingkat kematian rendah dan tingkat kelahiran tidak begitu tinggi. Piramida penduduk yang berbentuk sistem ini terdapat pada negara-negara yang maju seperti Swedia, Belanda, Skandinavia.







BENTUK PIRAMDA STATIONER
Pria Golongan Umur
Wanita
75 –
70 – 74
65 – 69
60 – 64
55 – 59
50 – 54
45 – 49
40 – 44
35 – 39
30 – 34
25 – 29
20 – 24
15 – 19
10 – 14
5 – 9
0 – 4
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10

Penduduk Dalam Jutaan
(Sumber: SUPAS BPS 1976

BENTUK PIRAMDA PENDUDUK MUDA
Pria Golongan Umur
Wanita
75 –
70 – 74
65 – 69
60 – 64
55 – 59
50 – 54
45 – 49
40 – 44
35 – 39
30 – 34
25 – 29
20 – 24
15 – 19
10 – 14
5 – 9
0 – 4
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 22
Penduduk Dalam Jutaan
(Sumber: SUPAS BPS 1976)


  1. Piramida Penduduk Tua
Bentuk piramida penduduk ini menggambarkan adanya penurunan tingkat kelahiranyang sangat pesan dan tingkat kematian sangat kecil. Apabila angka kelahiran jenis kelamin pria besar, maka suatu negara bisa kekurangan penduduk. Negara yang bentuk piramida penduduknya seperti ini adalah Jerman, Inggris, Belgia, Prancis.

BENTUK PIRAMDA PENDUDUK TUA
Pria Golongan Umur
Wanita
75 –
70 – 74
65 – 69
60 – 64
55 – 59
50 – 54
45 – 49
40 – 44
35 – 39
30 – 34
25 – 29
20 – 24
15 – 19
10 – 14
5 – 9
0 – 4
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 22
Penduduk Dalam Jutaan
(Sumber: SUPAS BPS 1976)

Rasio Ketergantungan (Dependency Of Rasio)
Dari komposisi penduduk menurut umur dapat dipakai untuk menghitung rasio ketergantungan. Yang dimaksud dengan rasio ketergantungan ialah angka yang menunjukan perbandingan jumlah penduduk golongan umur yang belum produktif dan sudah tidak produktif kerja lagi dengan jumlah penduduk golongan umur produktif kerja. Biasanya dinyatakan dalam persen (%)
Batar golongan umur produktif kerja (aktif ekonomi) masing-masing daerah atau negara berbeda-beda. Biasanya antara umur 15 sampai 65 tahun. Sehingga dengan demikian rasio ketergantungan dapat dirumuskan sebagai berikut:

DR penduduk 0-14 + penduduk 65 tahun keataspenduduk 15-64 × 100
atau


DR + Pn0 -14 +Pn65 ke atasPn15 -64 × 100

Rasio ketergantungan Indonesia pada tahun 1976 adalah:
57.858.84469.618.959 × 100 = 83,10788444

Dibulatkan menjadi 83,11

Jadi makin tinggi jumlah penduduk usia muda dan jompo makin besar rasio ketergantungannya. Artinya beban penduduk pada kelompok umur produktif kerja (aktif ekonomi) untuk dapat menghasilkan barang atau jasa ekonomi bagi golongan umur muda dan jompo adalah tinggi.
Sebagai ukuran rasio ketergantunga adalah sebagai berikut:
DR kurang dari 62,33% adalah baik
DR lebih dari 62,33% jelek
Penggolongan umur penduduk dalam umur produktif sangat berpengaruh dalam lapangan penghidupan produktivitas kerjanya dalam lapangan produksi.

Penggolongan menurut DW Sleumer:
0 – 4 golongan belum produktif
15 – 19 golongan kurang produktif penuh
20 – 54 golongan produktif
55 – 64 golongan tidak produktif penuh
65 ke atas golongan inproduktif

Penggolongan menurut Sumbarg
0 – 15 golongan belum produktif
15 – 65 golongan produktif penuh
65 ke atas golongan produktif berkurang

Penggolongan menurut Widjojo, Pullerd dan John Clark
0 – 14 golongan belum produktif
15 – 64 golongan produktif
65 ke atas golongan tidak produktif








  1. Kebudayaan dan Kepribadian

  1. Pertumbujan dan Perkembangan Kebudayaan di Indonesia
Zaman Batu sampai Zaman Logam
Upaya menelurusi sejarah peradaban bangsa Indonesia, mulai dari zaman batu sampa zaman logam, sungguh berliku-liku, membutuhkan waktu yang panjang. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli prehistoris, bahwa ternyata zaman batu itupun terbagi dalam:
  • Zaman batu tua (Palaeolithikum)
  • Zaman batu muda (Neolithikum)
Alat-alat batu pada zaman batu tua, baik bentuk ataupun permukaan peralatan masih kasar-kasar, misalnya kapak genggam.
Kapak genggam semacam itu kita kenal dari Eropa, Afrika, Asia Tengah sampai Punsjab (India), tapi kapak genggam semacam ini tidak didapati orang di Asia Tenggara. Berdasarkan penelitian para ahli prehistori, bangsa-bangsa Proto Austronesia pembawa kebudayaan Neolithikum berupa kapak batu besar maupun kecil bersegi-segi itu berasal dari Cina Selatan, menyebar kearah selatan, ke hilir sungai-sungai besar sampai ke Semenanjung Malaka.
Lebih lanjut menyebar ke Sumatra, Jawa, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara, sampai ke Flores dan Sulawesi. Berlanjut ke Philipina. Kapak-kapak batu serupa itu diasah sampai mengkilat dan diikat kepada tangkai kayu dengan rotan.
Bersamaan dengan persebaran budaya kapak-kapak batu itu, tersebar pula bahasa Proto Austronesia sebagai cikal bakal bahasa dari bangsa yang mendiami pulau-pulau diantara Samudra Indonesia dan Pasifik.
Zaman batu muda (Neolithikum) benar-benar membawa revolusi dalam kehidupan manusia. Manusia-manusia pada zaman batu muda telah mengenal dan memiliki kepandaian mengecor/mencairkan logam dari biji besi, dan menuangkan ke cetakan serta didinginkan.
Bangsa-bangsa Proto Austronesia yang masuk dari Semenanjung Indo China ke Indonesia itu membawa keudayaan Dongson, dan menyebar ke Indonesia.
Suatu hal yang patut dicatat tentang permulaan zaman logam ini, ialah kenyataan yang jelas bahwa Indonesia sebelum zaman Hindu telah mengenal kebudayaan yang tinggi derajatnta, dan zaman tersebut pada dasarnya penting sekali untuk perkembangan sejarah Indonesia selanjutnya.

  1. Kebudayaan Hindu, Budha, dan Islam
  1. Kebudayaan Hindu dan Budha
Pada ke-3 dan ke-4 agama hindu masuk ke Indonesia. Khususnya ke pulau Jawa. Hindu berasal dari India berlangsung luwes dan mantap. Sekitar abad ke-5, ajaran Budha masuk ke Indonesia khususnya kepulau jawa. Agama/ajaran Budha dikatakan berpandangan lebih maju dari pada Hinduisme, sebab Budhaisme tidak menghendaki adanya kasta-kasta dalam masyarakat.
Walaupun demikian, kedua agama itu di Indonesia. Khususnya dipulau Jawa tumbuh dan berkambang berdampingan secara damai. Baik penganut Hinduisme dan Budhisme melahirkan karya-karya budaya yang bernilai tinggi dalam seni bangunan/arsitektur, seni pahat, seni ukir maupun seni sastra, contohnya candi-candi. Candi-candi di Indonesia: Borobudur, Mendut, Prambanan, Kalasan (Jawa Tengah), Badut, Kidal, Jago, Singosari dll.

  1. Kebudayaan Islam
Pada abad ke-15 dan ke-16 agama islam telah dikembangkan di Indonesia oleh para pemuka-pemuka islam yang disebut Wali Sanga. Masuknya agama islam ke Indonesia, khususnya ke pulau Jawa berlangsung dalam suasana damai. Hal ini disebabkan karena islam dimasukan ke Indonesia tidak secara paksa, melainkan dengan cara baik-baik.
Agama islam berkembang pesat di Indonesia dan menjadi agama yang mendapat penganut sebagian terbesar penduduk Indonesia. Tak dapat dipungkiri lagi, bahwa kebudayaan islam memberi saham yang besar bagi perkembangan kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia.

  1. Kebudayaan Barat
Unsur kebudayaan yang jga memberi warna terhadap corak lain dari kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia adalah kebudayaan Barat. Awal kebudayaan Barat masuk ke Indonesia ketika kaum penjajah mengedor masuk ke Indonesia, terutama bangsa Belanda.
Sebagai pengaruh dari kebudayaan Eropa yang masuk juga dalam kebudayaan Indonesia, ialah agama Katolik dan agama Kristen Protestan. Agama-agama tersebut biasanya disiarkan dengan sengaja oleh organisasi-organsasi penyiaran agama.
Penjelasan Undang Undang Dasar 1945 memberikan rumusan tentang kebudayaan bangsa Indonesia adalah: kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya, termasuj kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Lebih lanjut, dalam penjelasan UUD 1945 itu juga ditunjukan ke arah mana kebudayaan itu diarahkan, yaitu menuju kearah adab budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar